RADIO AIDS NAVIGATION (RAN)
1. TEORI
DASAR VOR
VOR (OMNIDIRECTION RADIO RANGE),Navigasi
dapat didefinisikan sebagai tuntunan untuk melakukan perjalanan dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan jalur / route yang aman. Walaupun demikian,
ketika kita bernavigasi kita tidak hanya menentukan posisi, tetapi juga
menentukan bagaimana cara melakukannya.
Navigasi berasal dari bahasa latin yaitu navis yang berarti
kapal dan agere yang berarti bergerak.
Navigasi udara dapat didefinisikan sebagai ilmu
atau peralatan untuk menentukan pesawat terbang dalam melakukan penerbangan
hingga sampai tujuan dengan selamat.Navigasi udara ada juga yang menyebut
sebagai fase-fase dalam jalur penerbangan. ]
Gambar 1.
Image of air navigation
Ada
beberapa cara yang dapat dijadikan pokok untuk bernavigasi yaitu:
1.
Calestial navigation ( navigasi angkasa)
yaitu cara bernavigasi dengan menentukan
/ memperhitungkan letak benda-benda langit seperti letak / posisi
bintang-bintang, bulan, planet-planet dan matahari. Cara bernavigasi semacam
ini adalah cara bernavigasi paling kuno. Alat yang digunakan untuk menentukan
letak benda-benda tersebut adalah sextant, yaitu perhitungan dengan cara
prinsip Triangle geometri yaitu mengukur sudut antar posisi benda.
2.
Piloting navigation yaitu cara bernavigasi dengan menentukan
posisi dengan acuan pada tanda-tanda yang umum dan tetap dipermukaan bumi,
misalnya gunung-gunung, pantai, danau, sungai atau tampat-tempat yang
menentukan letal geografis tertentu.
3.
Dead recoqning yaitu cara bernavigasi
dengan menentukan posisi dengan menentukan / memperhitungkan arah angin,
kecepatan dan jarak tempuh.
4.
Radio navigation yaitu cara bernavigasi
dengan menggunakan peralatan radio elektromagnetik dengan mengukur waktu tempuh
/ jarak / posisi berdasarkan signal yang
diterima dari gelombang radio tersebut
yang dipancarkan oleh stasiun-stasiun pemancar navigasi.
Radio navigasi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
Ø Active radio navigation yaitu sistem navigasi yang menggunakan
dua system dari kedua belah pihak untuk berkomunikasi yaitu pemancar dan
penerima, contohnya peralatan DME dan RADAR.
Ø Passive radio navigation yaitu system navigasi yang hanya
menggunakan satu system dari masing-masing pihak yaitu pemancar atau penerima
saja, contohnya peralatan VOR, ILS, NDB, GPS dll.
2. PRINSIP DASAR SISTEM
VOR
VOR adalah peralatan
bantu navigasi udara yang bekerja pada frekuensi 108 – 118 MHz dan berfungsi
untuk memberikan sinyal panduan kesegala arah dengan azimuth dari 0 sampai 360
derajat, terhadap lokasi stasiun VOR.
Karena VOR bekerja pada
frekuensi VHF, maka jangkauan peralatan ini sangat ditentukan atau terbatas oleh
“line of sight” , oleh sebab itu VOR sebagai alat bantu navigasi jarak
pendek yaitu maksimum ±200 nm pada ketinggian 35.000 feet.
VOR dapat digunakan sebagai
alat bantu navigasi untuk Enroute (lalu
lintas udara) dan Terminal/ Approach (pendekatan).
Lihat VOR types dan phases
of flight dibawah.
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
* All altitudes AGL
|
Penempatan fasilitas VOR
menentukan rute lalu lintas udara, bila VOR terletak disekitar airport maka tidak hanya akan memberi informasi
arah/azimuth untuk penedekatan kea rah landasan tetapi juga dapat member informasi
arah/azimuth untuk pesawat-pesawat yang melalui rute lalu lintas udara diatas
VOR / bandara tersebut.
Supaya VOR dapat member
panduan arah /azimuth kepada pesawat terbang sepanjang rute lalu lintas udara,
maka harus dipasang beberapa VOR karena jangkauan VOR yang terbatas. Karena
signal VOR dapat dipengaruhi oleh factor refleksi daerah sekitarnya, sehingga
dapat mengganggu akurasi signal VOR, karena itu penentuan lokasi adalah penting
dan untuk mengurangi kerugian pancaran signal yang disebabkan oleh refleksi
tersebut maka dipasanglah DVOR.
DVOR mempunyai unjuk hasil
azimuth yang lebih akurat pada lokasi-lokasi dimana VOR Conventional (CVOR)
memberikan unjuk kerja yang kurang akurat.
3.
PRINSIP DASAR VOR
VOR
terdiri dari VHF Transmitter, Antenna, Monitor dan Kontrol. VOR biasanya
beroperasi bersama dalam satu gedung/shelter dengan DME (Distance Measurement
Equipment) dengan maksud untuk memberikan informasi arah/azimuth (VOR) sekalian jarak (DME) kepada penerbang, juga
dapat digunakan prosedur operasi bersama-sama ILS (Instrument Landing System).
VOR memancarkan signal
radio frekuensi omni direrctional (kesegala arah) dan signalnya memberikan
informasi azimuth dari 0 sampai 360 derajat. Dengan memilih chanel frekuensi
VOR, penerbang akan mendapat arah/azimuth “TO” kearah stasiun VOR atau “FROM”
dari/meninggalkan stasiun VOR dan apa bila terbang tepat diatas stasiun VOR,
maka pesawat tersebut tidak menerima signal VOR karena melalui “Cone of
Silence” (daerah kertucut tanpa signal radio), dan setiap stasiun VOR mempunyai
kode identifikasi yang dipancarkan dengan kode morse.
VOR memancarkan signal yang
terdiri dari dua komponen modulasi signal 30 hz yang terpisah. Dengan
membandingkan fase ke dua signal 30 hz ini, maka akan mendapatkan posisi
azimuth pesawat terhadap lokasi VOR, beda fase ke dua signal 30 hz akan berubah
sesuai dengan posisi pesawat terhadap lokasi VOR yang dipilih.
Satu dari dua komponen
signal 30 hz tersebut dinamakan “REFERENCE” signal dan 30 hz signal yang lainya
dinamakan “VARIABLE” signal.
Signal 30 hz Reference
dipancarkan ke segala arah (omni directional) dengan fase sesaat
(instanstaneous phase) disekeliling VOR yang sama pada setiap azimuth dari 0
sampai 360 derajat. Sinyal 30 hz variable didapat dari modulasi yang terjadi di ruang udara yang
dihasilkan oleh pancaran directional patern RF yang diputar dengan fase yang berbeda di setiap azimuth.
Fase antara 30 hz Reference dan 30 hz Variable signal dapat
diatur dan pada arah utara magnit (azimuth = 0), fase diatur sedemikian rupa sehingga 30 hz
Reference dan Variable mempunyai fase yang sama. Karena itu pesawat mendapat
posisi azimuth yang sesuai dengan cara mendeteksi perbedaan fase kedua signal
30 hz tersebut untuk posisi segala arah terhadap VOR.
Karena Reference dan
Variable keduanya merupakan frekuensi modulasi yang sama yaitu 30 hz, maka
timbul masalah bagaimana memancarkan dan menerima kedua signal pada frekuensi
Carrier yang sam pula. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara salah satu
dari 30 hz signal dipancarkan dengan system modulasi 30 hz FM pada Sub Carrier,
sedangkan 30 hz yang lainya dipancarkan dengan system modulasi 30 hz AM pada RF
Carrier.
Ke dua signal 30 hz AM dan
30 hz FM akan dipisah didalam receiver pesawat oleh filter yang selanjutnya
masuk ke circuit phase detector untuk diproses menjadi informasi arah/bearing.
4. PENJELASAN DOPPLER VOR (DVOR)
Telah diketahui bahwa
didalam sitem VOR mempunyai signal 30 hz Reference dan signal 30 hz Variable
yaitu :
a.
Signal Reference (30 hz AM) dipancarkan oleh Carrier
(Fc) yang dimodulasi dengan signal 30 hz secara AM.
b.
Signal Variable (30 hz FM) dihasilkan dengan cara
simulasi pemindahan/perputaran sumber signal Carrier (Fc ± 9960) disekeliling
lingkaran dengan radius 44 ft (13,4 m) pada kecepatan 1800 rpm (30 hz). hal ini
dikerjakan dengan switching elektronik secara berurutan pada setiap antenna
yang terdiri dari 48 buah antenna yang terletak disekeliling lingkaran Counter
Poise. Deviasi frekuensi yang dihasilkan dari frekuensi yang dipancarkan (Fc ±
9960 hz) tersebut sebanding dengan radius dan kecepatan putar.
Kombinasi sinyal REFERENCE dan VARIABLE yang dipancarkan ke
udara akan menghasilkan frekuensi carrier yang dimodulasi AM oleh 9960 Hz (sub-carrier), dan selanjutnya 9960 Hz
sub-carrier termodulasi oleh 30Hz FM
karena efek Doppler.
Dengan demikian hasil pancaran DVOR untuk modulasi diudara
dari sinyal-sinyal tersebut adalah
identik dengan hasil sinyal yang dipancarkan oleh VOR konvensionil.
1.4
PRINSIP DOPPLER
Bila sumber suara bergerak terhadap suatu pengamat
akan terjadi perobahan frekuensi.
Apabila
sumber suara bergerak mendekati pengamat, maka frekuensi suara yang yang
diterima akan naik/bertambah. Dan apabila sumber suara bergerak menjauhi
pengamat,frekuensi suara yang diterima
akan berkurang.
Apabila
sumber suara digerakan mendekat dan menjauhi pengamat secara bergantian,
frekuensi suara yang diterima akan bertambah atau berkurang, dan akan terjadi
“Frekuensi Modulated” (FM). Perubahan frekuensi tergantung dari cepatnya
pergantian arah sumber suara terhadap pengamat ( mendekat dan menjauh ). Efek
Doppler ini diaplikasikan pada pancaran RF carrier pada DVOR, untuk mendapatkan
sinyal 30 Hz FM.
Seperti
diketahui bahwa sinyal AM ( Amplitude Modulation ) rentan terhadap sinyal
interferensi, sedangkan sinyal FM ( Frequency Modulation ) lebih baik.
Sinyal Variable dalam VOR
konvensional adalah 30 Hz AM dan oleh
karena itu rentan terhadap sinyal interferensi
dan refleksi.
Tetapi
pada DVOR posisi modulasi 30 Hz dibalik,
dengan membuat sinyal VARIABLE menjadi 30Hz FM , hal ini sangat mengurangi
interferensi terhadap pancaran sinyal DVOR. Jadi dalam Doppler VOR , sinyal VARIABLE dipancarkan sebagai 30Hz FM
pada Sub-Carrier 9960 Hz, sedangkan sinyal REFERENCE dipancarkan sebagai 30 Hz
AM pada Frekuensi Carrier.
1.5
TEORI DVOR
Sinyal
VARIABLE dari DVOR dihasilkan dengan cara simulasi perpindahan / perputaran
sumber RF yang non-directional pada sekeliling lingkaran dengan diameter 44
feet , dengan kecepatan putar 30 Hz.
Cara
ini dilaksanakan dengan memberikan
energy RF secara bergantian dan berurutan pada sejumlah antenna (jumlah
48 antena sideband).
Untuk
menyederhanakan pengertian , umpamakan suatu antenna dipasang dengan jari-jari
lengan sepanjang 22 ft dan diputar secara mekanikal dengan kecepatan putar 30
Hz ( 1800 rpm ) .
Maka
kecepatan putar pada antenna adalah :
V = ωr
V = 2π
x 30 x 22
V =
4146.9 feet per second ( 1263.9 meter per second ) .
Pada gambar 1, Antenna memancarkan gelombang radio RF ( tidak termodulasi ) pada frekuensi “ f ” .
Dari gambar 1 itu dapat dilihat, bila antenna berputar maka frekuensi “ f “ yang diterima pesawat akan berubah
sesuai dengan kecepatan dan posisi antenna terhadap posisi pesawat. Umpamakan
posisi antenna pada titik E , tidak berubah terhadap pesawat , maka pesawat
menerima frekuensi “ f “ .
N
Bila
Antena pada N,
Pesawat menerima f - Δf
antena
S
Ketika
antena berputar menuju titik N , kecepatannya terhadap pesawat merupakan fungsi
Sinus dan mencapai maximum kecepatan pada titik N karena antenna bergerak
menjauhi pesawat pada kecepatan maximum, frekuensi yang diterima oleh pesawat
berkurang dari “ f “ , karena Efek Doppler dan menjadi “ f – Δf “ .
Pada
titik W , posisi antenna W tetap lagi terhadap pesawat , dan pesawat menerima
frekuensi “ f “ . Pada titik S antena berputar mendekati pesawat dengan
kecepatan maximum , dengan begitu frekuensi yang diterima pesawat adalah “ f +
Δf “
Jadi
frekuensi RF yang diterima pesawat adalah :
f + Δf sin ф
f =
Frekuensi yang dipancarkan antenna.
Δf =
Perubahan Frekuensi yang diterima
pesawat.
Ф = Azimuth antena sesaat terhadap posisi
pesawat.
Perubahan
frekuensi ( Δf ) maximum bila :
Δf = V / λ
V =
kecepatan
λ
= wavelength ( m ) λ = C/f
Pada f
= 115 MHz λ
= 8,56 ft ( 2.6 m )
Jadi Δf
= 4146.9/8.56 = 484 Hz.
Salah
satu persyaratan sinyal VARIABLE adalah fasenya berubah pada setiap azimuth ,
sebanding dengan perobahan posisi azimuth penerima. Persyaratan ini dipenuhi
oleh system Efek Doppler diatas .
Umpamakan
4 pesawat pada posisi radial Utara, Selatan, Timur dan Barat, dan pada sesaat
posisi antenna ada di Utara , maka pesawat posisi radial utara menerima
frekuensi = f, pada saat yang sama pesawat posisi Barat menerima frekuensi = f
+ Δf ( sumber frekuensi bergerak
mendekati pesawat / penerima ) , pesawat posisi radial Selatan menerima frekuensi
= f dan
posisi pewawat di Timur menerima frekuensi = f – Δf. Bila perubahan frekuensi ini ( Sinyal FM )
dideteksi oleh penerima pesawat akan menghasilkan 30 Hz dengan fase yang
berbeda , sesuai dengan posisi azimuth pesawat.
1.6
SISTEM SINGLE SIDEBAND
Pada
versi Sistem Single Sideband, frekuensi carrier dari Sinyal VARIABLE berbeda
9960 Hz dengan frekuensi carrier dari Sinyal REFERENCE .
Frekuensi
carrier dari VARIABLE dipancarkan bergantian dan berurutan pada setiap antenna
sekeliling lingkaran (Sideband antena) dan menghasilkan Sinyal seperti
penjelasan diatas . Namun timbul kesalahan – kesalahan pada Sistem Single
Sideband ini , karena menghasilkan dua sudut ( azimuth ) yang kritis yaitu satu
pada saat antenna yang memancar ada pada posisi yang paling dekat dengan
pesawat dan kedua pada saat antenna yang memancar pada posisi yang paling jauh
dengan pesawat.
1.7 SISTEM
DOUBLE SIDEBAND
Untuk
mengatasi masalah tersebut diatas dikembangkan Sistem Double Sideband. Dua
sinyal RF dipancarkan melalui jajaran antenna yaitu satu sinyal RF adalah Fc +
9960 hz (upper sideband) dan yang lainya Fc – 9960 hz (lower sideband).
Pasangan
upper dan lower sideband ini dipancarkan secara berurutan pada setiap antenna
sideband yang berlawanan posisinya dimana hal ini untuk mengatasi
masalah-masalah pada system single sideband tersebut.
Untuk
menjaga perbedaan frekuensi Carrier dengan
frekuensi sideband dan phasing yang stabil (konstan), pada system double
sideband menjadi lebih kritis dari pada system single sideband. Untuk mengatasi
hal tersebut maka digunakan sirkuit phase locking.
1.8
ANTENNA DISTRIBUTION
Bila
jajaran antena diberi RF energy secara berurutan, yang catu tegangan pada satu
antenna menurun, dan catu tegangan ke antenna berikutnya naik dan begitu
seterusnya, adalah tidak mungkin membuat distributor yang akan memberikan RF
energy yang berfungsi sinus murni pada satu antenna ke antenna berikutnya, guna
mentransfer energy RF yang rata.
Pada
DVOR hal ini dilaksanakan dengan RF energy yang berfungsi “Blanding” pada “ODD”
dan “EVEN” sideband, untuk dicatukan kesetiap antenna secara bergantian, untuk
mentransfer RF energy yang rata.
Pada
DVOR ada 4 (empat) sideband yaitu :
Upper Sideband fungsi sin
Upper Sideband fungsi cos
Lower Sideband fungsi sin
Lower Sideband fungsi cos
5.
PERALATAN DI
PESAWAT
a. PENERIMA
Penerima
dipesawat biasanya menggunakan double superheterodyne dan digunakan sebagai
penerima VOR atau ILS, dengan memilih frekuensi pada tombol control unit.
Prinsip
kerja yaitu signal RF diterima, diperkuat dan diteruskan ke Mixer untuk
mendapatkan frekuensi IF. Filter 9960 hz menyaring dan meneruskan sinyal FM dan
menghilangkan signal AM dan Audio. Selanjutnya signal 9960 hz diperkuat dan
dideteksi untuk mendapatkan signal 30 hz FM.
Sedangkan
filter 30 hz AM menyaring dan meneruskan signal 30 hz dan menghilangkan signal
9960 hz dan Audio. Output dari sirkuit ini sebanding dengan perbedaan fase
antara 30 hz FM dan 30 hz AM, dan selanjutnya signal diteruskan ke deviation
indicator. Sedangkan antenna dari penerima ini terletak di ekor dari pesawat.
b. OMNI BEARING SELECTOR (OBS)
Pada
OBS (perlengkapan Avionik) dapat memilih bearing dan akan diperagakan 3 (tiga)
digit pada indicator bearing. Pada OBS dilengkapi dengan indicator TO dan FROM,
untuk menunjukan bearing yang dipilih MENUJU atau DARI VOR
c. DEVIATION INDICATOR
Untuk
menunjukan POSISI pesawat tepat terbang pada bearing yang dipilih, maka jarum
bearing indicator tepat tetap diposisi tengah. Bila terbang ke kanan / ke kiri
dari bearing yang dipilih, jarum indicator akan menunjuk kearah kanan / kiri
dari garis tengah indicator y6ang menunjukan bahwa pesawat harus diterbangkan
ke posisi bearing yang tepat.
terimakasih mas penjelasannya sangat membantu saya, :)
ReplyDeleteGreat (y)
ReplyDelete