Availability
Availability merupakan aspek yang menjamin
bahwa data tersedia ketika dibutuhkan. Dapat dibayangkan efek yang terjadi
ketika proses penawaran sedang dilangsungkan ternyata sistem tidak dapat
diakses sehingga penawaran tidak dapat diterima. Ada kemungkinan pihak-pihak
yang dirugikan karena tidak dapat mengirimkan penawaran, misalnya.
Hilangnya
layanan dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari benca alam (kebakaran,
banjir, gempa bumi), ke kesalahan sistem (server rusak, disk rusak, jaringan
putus), sampai ke upaya pengrusakan yang dilakukan secara sadar (attack).
Pengamanan terhadap ancaman ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
backup dan menyediakan disaster recovery center (DRC) yang
dilengkapi dengan panduan untuk melakukan pemulihan (disaster recovery plan).
Kata
“reliability” terjemahan Indonesianya adalah kehandalan, reliable berarti
handal. Kadang arti dan makna katanya tertukar dengan kelayakan / layak (yang
berarti feasibility / feasible).
Namun
definisi formalnya dari reliability adalah : peluang sebuah komponen,
sub-sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang
dipersyaratkan, dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu
pula.
Karena
mengandung komponen peluang, maka secara inheren didalamnya ada masalah
statistik termasuk : 1. Uncertainty, 2. Probability, 3. Probability
Distributions (Weibull, Normal, Exponensial, Log-normal, dsb).
Karena
mengandung komponen “melakukan fungsi dengan baik”, maka didalamnya secara
inheren pula terdapat faktor kegagalan sistem. Sebab peluang kegagalan dari
sebuah mesin (misalnya) adalah kebalikan dari peluang kehandalannya seperti
digambarkan dalam ekspresi matematik (cumulative damage/failure distribution
function) sbb :
Pf (t) = 1 – R(t) atau R(t) = 1 – Pf(t)
Jadi jika
kehandalan sebuah mesin adalah R =90%, maka peluang kegagalan cumulativenya
adalah Pf = 10%, atau sebaliknya.
Reliability
mengandung komponen waktu, artinya sebuah komponen yang reliable sekarang belum
tentu reliable satu tahun kemudian jika ada : 1) mekanisme kerusakan yang
beroperasi (”operative damage mechanism”) dan 2) dengan laju kerusakan tertentu
(misalnya laju korosi atau aus 0.01 mm/year).
Reliability
mengandung faktor komponen atau sub-sistem, artinya untuk mengevaluasi sebuah
sistim yang lebih besar (terdiri dari subsistem atau kompenen), maka relabilty
masing-masing komponen penunjang haruslah dihitung terlebih dahulu baru
kemudian dijumlahkan (atau dikalikan) sesuai dengan hubungan seri, paralel
(atau keduanya) dengan mengacu pada teori penjumlahan / kombinasi peluang (De
Morgan’s Rule, Bayes Theorem, dsb). Dari sini terlihat bahwa teori reliability
kadang-kadang melibatkan perhitungan matematika / statistika yang rumit.
Berbicara
reliabilty juga sama artinya dengan berbicara risk (resiko), sebab risk
didefiniskan sebagai :
Risk = Probability of Failure X Consequency of Failure
Jadi salah
satu komponen risk adalah kebalikan dari reliability (Probability of Failure),
oleh sebab itu jika bicara reliability selalu dikaitkan dengan risk.
Di perguruan
tinggi teori reliability diajarkan di Teknik Mesin, Teknik Sipil, Tekik
Elektro/Fisika dan Teknik Industri. Jika berbicara dari sisi teknik sipil,
reliability diajarkan untuk melihat kehandalan sebuah struktur menerima beban
tanpa mengalami kegagalan, yakni dengan menggunakan limit state concept (Load
Vs Resistance). Analisis reliability dilakukan dengan menggunakan FOSM (first
order second moment, atau lainnya) dan Monte Carlo Simulation untuk yang lebih
advanced. Dengan reliability dapat ditentukan, secara statistik, remaining life
dari struktur,
Jika
berbicara dari sisi teknik mesin, reliability dapat berarti melihat kehandalan
sebuah mesin (rotating machine) melakukan fungsinya tanpa mengalami kegagalan.
Dalam bahasa tekni mesin reliability biasanya dikaitkan dengan konsep
maintenance seperti MTBF (mean time between failure), atau RCM
(Reliability-centered Maintenance), suatu konsep maintenance yang relatif baru
di Indonesia. Dengan reliability dapat ditentukan, secara statistik, remaining
life dari komponen mesin sehingga dapat dijadwalkan program repair,
replacement, dll.
Jika
berbicara dari sisi teknik industri / manufaktur, reliability berarti
menjalankan program QC dan QA, yakni sampai tingkat kehandalan berapa % produk
harus dihasilkan agar memenuhi standar costumer sekaligus masih dalam batas
cost effective. Software reliability adalah kehandalan sebuah program komputer
untuk menjalankan fungsinya dengan baik, akurat, bug-free, dalam kurun waktu
tertentu.
Jika
berbicara reliability dari sisi kimia dan metalurgi, berarti berbicara
kegagalan logam (komponen mesin atau struktur), failure rate, failure mode, dan
failure analysis dari aspek yang lebih mikro (fatigue, brittle fracture,
corrosion, dsb). RBI (Risk Based Inspection) adalah salah satu metoda
yang sedang trend di Industri untuk mengevaluasi risk (risk leveling, ranking
& mapping) untuk pressurized stationary vessel / equipment. Inspeksi
kemudian diarahkan pada komponen / section yang memiliki risk dengan score
tertinggi.
Jika
berbicara dari sisi teknik fisika / elektro / komputasi, reliability berarti
menjalankan program QC dan QA, yakni sampai tingkat kehandalan berapa % produk
harus dihasilkan agar memenuhi standar costumer sekaligus masih cost effective
atau bagaimana memilih jenis instrumen plus lokasi pemasangannya (control valve
in piping system misalnya) agar reliability sistem dapat dijamin 99%. Bidang
teknik industri juga mengolah data maintenance lebih kuantitatif (MTBF, MTTR,
dsb).
Bagaimana
Aplikasi Reliability di Indonesia ?
Aplikasi
reliability di industri Indonesia masih cukup sulit karena reliability dalam
pengertian yang lebih luas merupakan masalah budaya dari para pelakunya. Kebiasaan
: critical and creative thinking, independent opinion, honesty and integrity,
professionalism, competency, serta masalah administrasi seperti detailed and
structured documentation, detailed record, dll, belum tumbuh baik disini,
karena kita adalah jenis masyarakat yang ingin serba cepat, ingin serba mudah,
asal jadi, tidak suka jelimet / detail, masih menyukai filsafat “breakdown
maintenance”, dsb. Sehingga masih perlu waktu untuk membangun sistim
reliability dalam pengertian yang lebih luas dari pada hanya sekedar
perhitungan statistik semata. So, Reliability (similar to Quality) is not just
a science or technology BUT, in a broader sense, IT IS A CULTURE.
MisKonsepsi mengenai MTBF
Pada umumnya orang mengira bahwa MTBF sama dengan usia operasional suatu produk sebelum produk tersebut mengalami kegagalan atau kerusakan. Faktanya MTBF hanya merupakan hasil angka pengolahan perhitungan statistik yang menunjukkan perkiraan berapa produk tersebut masih berfungsi atau gagal selama periode penggunaan produk. MTBF disini menunjukkan reliabilitas suatu produk bukan usia operasional suatu produk
The Bathub Curves
kurva dibawah ini menunjukkan perkiraan tingkat kegagalan suatu produk sepanjang hidupnya.
http://gigapod.free.fr/Images/Re-cap/bathtub_curve.jpg
The Bathub curve menunjukkan reliabilitas suatu produk dari 3 periode.
Infants mortality, Useful lifetime, dan wear out.
Pada pabrikan OEM yang bonafid pada umumnya kegagalan pada tahap awal sangat rendah, kegagalan pada tahap awal ini sering kita sebut dengan DOA (death on arrival) atau produk tersebut gagal sebelum sempat beroperasi
Kegagalan pada tahap ini dapat diatasi dengan burnin test. pada PSU Selama burnin test produk tersebut dioperasikan pada suhu ambience yang telah di tentukan (25c, 40c, atau 50c), untuk mempercepat waktu test digunakan 100% ATE testing.
Setelah masuk periode useful lifetime, tingkat defective akan menjadi lebih rendah dan konstan dari periode sebelumnya. Pada tahap tidak satupun metode burnint test atau ATE test yang dapat memprediksi kerusakan pada periode ini. Kerusakan pada tahap sangat-sangat random dan biasanya disebabkan oleh temperature dan voltage yang naik turun. ( oleh karena itu jika PSU pengen awet pakai stabilizer dan bersihin PSU agar tidak tertutup debu :D )
Wear Out
pada periode PSU telah melewati masa operasionalnya dan tingkat defective akan meningkat, karena usia2 komponen di dalamnya.
MTBF ( Mean Time Between Failures)
Dari Kurva Bathup diatas, MTBF berperan dalam menunjukkan reliabilitas selama periode penggunaan.
Pengertian mengenai MTBF yang benar sangat perlu untuk diketahui agar user tidak terkecoh dan merasa di bohongin oleh produsen mengani MTBF.
misal sebuah PSU mempunyai MTBF 100.000Hr, bukan berarti PSU tersebut mempunyai masa operasional selama 100.000 jam atau 11.4 tahun.
untuk lebih jelasnya lihat rumus untuk menghitung MTBF dan contoh dibawah ini :
MTBF = T/R
dimana :
T = Waktu total
R = jumlah PSU yang gagal
contoh : ada 500.000 orang yang berusia 25 tahun , setelah satu tahun dilakukan pendataan dan ditemukan bahwa 625 orang meninggal dunia. Dari darta ini dapat dihitung MTBFnya
MTBF = (500.000 x 1tahun)/625
MTBF = 800 Tahun
Dari hasil perhitungan diatas meskipun manusia berusia 25 tahun memiliki MTBF sebsesar 800 tahun. Tetapi saya sangat yakin bahwa umur manusia 25 tahun jauh lebih pendek daripada MTBF. Oleh karena itu MTBF tidak korelasi dengan usia produk.
Sekarang saya ingin menjelaskan hubungan antara tingkat kerusakan, prediksi mengenai reliabilitas dan MTBF. Hubungan antara kedua variabel dapat dijelaskan pada rumus dibawah ini
R (t) = e^ - (t/MTBF)
dimana :
e = 2.718
Contoh : Jika sebuah PSU memiliki MTBF 100.000Hr, dan PSU memiliki usia operasional 5 tahun, maka berapa tingkat kerusakan pada tahun ke 5 ?
R (t) = 2.718^ - ((8760*5/)100,000)
R (t) = 0.645 atau 64.5%
Jadi setelah 5 tahun masa operasional, 64.5% PSU ini masih beroperasi dengan baik dan 35.5% PSU ini akan rusak.
Pada umumnya orang mengira bahwa MTBF sama dengan usia operasional suatu produk sebelum produk tersebut mengalami kegagalan atau kerusakan. Faktanya MTBF hanya merupakan hasil angka pengolahan perhitungan statistik yang menunjukkan perkiraan berapa produk tersebut masih berfungsi atau gagal selama periode penggunaan produk. MTBF disini menunjukkan reliabilitas suatu produk bukan usia operasional suatu produk
The Bathub Curves
kurva dibawah ini menunjukkan perkiraan tingkat kegagalan suatu produk sepanjang hidupnya.
http://gigapod.free.fr/Images/Re-cap/bathtub_curve.jpg
The Bathub curve menunjukkan reliabilitas suatu produk dari 3 periode.
Infants mortality, Useful lifetime, dan wear out.
Pada pabrikan OEM yang bonafid pada umumnya kegagalan pada tahap awal sangat rendah, kegagalan pada tahap awal ini sering kita sebut dengan DOA (death on arrival) atau produk tersebut gagal sebelum sempat beroperasi
Kegagalan pada tahap ini dapat diatasi dengan burnin test. pada PSU Selama burnin test produk tersebut dioperasikan pada suhu ambience yang telah di tentukan (25c, 40c, atau 50c), untuk mempercepat waktu test digunakan 100% ATE testing.
Setelah masuk periode useful lifetime, tingkat defective akan menjadi lebih rendah dan konstan dari periode sebelumnya. Pada tahap tidak satupun metode burnint test atau ATE test yang dapat memprediksi kerusakan pada periode ini. Kerusakan pada tahap sangat-sangat random dan biasanya disebabkan oleh temperature dan voltage yang naik turun. ( oleh karena itu jika PSU pengen awet pakai stabilizer dan bersihin PSU agar tidak tertutup debu :D )
Wear Out
pada periode PSU telah melewati masa operasionalnya dan tingkat defective akan meningkat, karena usia2 komponen di dalamnya.
MTBF ( Mean Time Between Failures)
Dari Kurva Bathup diatas, MTBF berperan dalam menunjukkan reliabilitas selama periode penggunaan.
Pengertian mengenai MTBF yang benar sangat perlu untuk diketahui agar user tidak terkecoh dan merasa di bohongin oleh produsen mengani MTBF.
misal sebuah PSU mempunyai MTBF 100.000Hr, bukan berarti PSU tersebut mempunyai masa operasional selama 100.000 jam atau 11.4 tahun.
untuk lebih jelasnya lihat rumus untuk menghitung MTBF dan contoh dibawah ini :
MTBF = T/R
dimana :
T = Waktu total
R = jumlah PSU yang gagal
contoh : ada 500.000 orang yang berusia 25 tahun , setelah satu tahun dilakukan pendataan dan ditemukan bahwa 625 orang meninggal dunia. Dari darta ini dapat dihitung MTBFnya
MTBF = (500.000 x 1tahun)/625
MTBF = 800 Tahun
Dari hasil perhitungan diatas meskipun manusia berusia 25 tahun memiliki MTBF sebsesar 800 tahun. Tetapi saya sangat yakin bahwa umur manusia 25 tahun jauh lebih pendek daripada MTBF. Oleh karena itu MTBF tidak korelasi dengan usia produk.
Sekarang saya ingin menjelaskan hubungan antara tingkat kerusakan, prediksi mengenai reliabilitas dan MTBF. Hubungan antara kedua variabel dapat dijelaskan pada rumus dibawah ini
R (t) = e^ - (t/MTBF)
dimana :
e = 2.718
Contoh : Jika sebuah PSU memiliki MTBF 100.000Hr, dan PSU memiliki usia operasional 5 tahun, maka berapa tingkat kerusakan pada tahun ke 5 ?
R (t) = 2.718^ - ((8760*5/)100,000)
R (t) = 0.645 atau 64.5%
Jadi setelah 5 tahun masa operasional, 64.5% PSU ini masih beroperasi dengan baik dan 35.5% PSU ini akan rusak.